Kota Medan adalah ibu
kotaprovinsi Sumatra Utara,Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar
di Pulau Sumatra.
Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan
juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata
Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit
Lawang, Danau Toba.
SCHEDULE TOUR
KUNJUNGAN KE MEDAN
KUNJUNGAN KE MEDAN
HARI PERTAMA
15.00-16.00 = Persiapan Keberangkatan
"sehendaknya persiapan dalam segala urusan harus diperhatikan, terutama doa,,, "
16.00 - = Berangkat Menuju Medan
HARI KEDUA
07.00-08.00 = Tiba Di Medan
08.00-09.00 = Sarapan
"sarapan
pertama berada di daerah Perbaungan,,,, rumah makan yg khas dengan
masakan Medan yg halal dan sangat lezat akan siap untuk bergulat di
lidah anda, tak hanya masakannya yg terkesan lezat,,,tp bentuk bangunan
yg sangat dinamis dan penuh gaya tradisional seraya membangkitkan selera
makan"
"Mesjid Raya Al Ma'shum,
Masjid Raya ini adalah salah satu peninggalan Sultan Deli di Sumatera
Utara setelah Istana Maimoon. Masjid ini masih dipergunakan oleh
masyarakat muslim untuk sholat setiap hari. Sebahagian bahan - bahannya
yang terbuat dari Itali dipergunakan untuk dekorasi masjid ini.
Masjid ini dikunjungi oleh Wisatawan mancanegara dari berbagai negara di seluruh Dunia. Masjid ini adalah masjid yang terindah dan terbesar di Sumatera Utara. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 oleh Sultan Makmun Al Rasyid. Masjid Raya ini hanya kira-kira 200 meter dari Istana Maimoon.
Masjid ini dikunjungi oleh Wisatawan mancanegara dari berbagai negara di seluruh Dunia. Masjid ini adalah masjid yang terindah dan terbesar di Sumatera Utara. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 oleh Sultan Makmun Al Rasyid. Masjid Raya ini hanya kira-kira 200 meter dari Istana Maimoon.
Mesjid dengan arsitektur yang istimewa diilhami oleh Morrish Style.
Selain Masjid Raya Medan ada lagi masjid milik peninggalan kesultanan
Deli yang dibangun pada Tahun 1886 yaitu Masjid Labuhan. Mesjid Labuhan
adalah salah satu masjid dengan rancangan yang unik bergaya India dengan
Kubah segi delapan. Masjid Labuhan terletak di jalan raya Medan Belawan
sebelah utara dari pusat kota Medan.
Kubah pada Mesjid Al Ma'sum yang gepeng dan persegi juga pada puncak
atap terdapat hiasan bulan sabit yang lazim pula kita temukan pada
bangunan-bangunan Islam lainnya seperti Mesjid dan menara yang menurut
para ahli sering dihubungkan sebagai lambang kedamaian, dimana Islam
disiarkan tanpa kekerasan.
Selain denah, atap kubah, lengkungan-lengkungan (arcade), hiasan bulan
sabit pada puncaknya, pengarauh kesenian Islam ini akan lebih nampak
lagi pada Ornamentasinya, baik pada dinding, plafon, tiang-tiang, dan
permukaan lengkungan (face Arcade) yang kaya dengan hiasan bunga-bunga
dan tumbuh-tumbuhan yang berkelok-kelok dengan cat minyak. Hiasan
floralistis ini selain digayakan (distilir) mengingatkan pada motif
tumpal dan mekara, juga dilukiskan secara Naturalistis kecuali motif
flora, motif geometris juga amat menonjol adalah kombinasi antara hiasan
Poligonal (bersegi banyak), Oktagonal (segi delapan) dan
lingkaran-lingkaran. Motif semacam ini terutama sekali terdapat pada
dinding-dinding, permukaan lengkungan, plafon dan sebagainya. Disamping
itu motif semacam ini terlihat pula pada bentuk trali besi
tingkap-tingkap segi empat maupun yang berbentuklengkungan yang
mengingatkan kita pada ukiran dinding gaya India. Di Indonesia hiasan
semacam ini sering disebut hiasan Terawangan atau Kerawangan, selain
sebagai hiasan, hiasan ini dapat berfungsi sebgai fentilasi atau lobang
angin.
Istana Maimun
Istana Maimoon merupakan salah satu istana yang paling indah
masih ada di Indonesia. arsitektur yang unik dan desain interior istana
ini memberikan karakter yang khas. Istana Maimun ini dibangun oleh
Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Istana Maimun dibangun dengan
desain dari seorang arsitek Italia pada tahun 1888. Sebagai warisan
Kesultanan Melayu-Deli, Istana Maimun didominasi dengan warna kuning,
khas Melayu. Istana Maimoon dibangun di atas tanah seluas 2.772 m
persegi di pusat kerajaan Deli, sekarang jalan Brigjen Katamso, Medan.
Istana Maimun terdiri dari dua lantai yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bangunan utama, sayap kiri, dan sayap kanan. Di depan, sekitar 100 meter, berdiri Masjid Al-Maksum yang dikenal sebagai Masjid Raya Medan. Di ruang tamu (balairung) Anda akan menghadapi tahta yang didominasi oleh warna kuning. Crystal menyalakan lampu tahta, bentuk pengaruh budaya Eropa. Pengaruh yang sama muncul pada perabotan istana seperti kursi, meja, toilet dan lemari dan pintu, menuju ke balairung. Ruangan seluas 412 m persegi digunakan untuk acara penobatan Sultan Deli atau agenda tradisional lainnya. Balairung juga digunakan sebagai tempat Sultan menerima pujian dari sanak saudara dan keluarga di hari libur Islam.
Bangunan Istana Maimun didominasi oleh warna kuning. Namun, jangan menghubungkannya dengan warna partai politik. Kuning adalah warna khas Melayu. Ada foto keluarga, perabotan, dan senjata tua di dalam gedung. Istana Maimoon adalah warisan Kesultanan Deli. Istana Maimoon terletak di Jalan Brigjen Katamso, Medan. Sultan Deli, Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah, telah mendirikan istana ini. Perancang adalah seorang arsitek Italia, dan selesai pada tahun 1888. Dibangun di atas tanah seluas 2.772 m2 luas bangunan istana menghadap ke timur, dan menjadi pusat kerajaan Deli. Istana ini terdiri dari dua lantai yang dibagi menjadi tiga bagian, yang merupakan bangunan utama, sayap kiri, dan sayap kanan. Di depan, sekitar 100 meter, berdiri Masjid Al-Maksum yang dikenal sebagai masjid Agung Medan.
Lebih lanjut, jumlah kamar adalah 40, 20 kamar di lantai atas, tahta Sultan dan 20 kamar di bawahnya, tidak termasuk 4 kamar mandi, gudang, dapur, dan penjara di lantai bawah. Menarik jika kita mengamati desain arsitektur istana. Perpaduan antara tradisi Islam dan kebudayaan Eropa berani dilaksanakan. Selain balairung itu, dasar bangunan juga menunjukkan pengaruh Eropa. Beberapa bahan bangunan yang diimpor dari Eropa, seperti ubin lantai, marmer, dan teraso.
Pola arsitektur Belanda dengan pintu dan jendela lebar dan tinggi, serta pintu bergaya Spanyol menjadi bagian dari Istana Maimun. Belanda dipengaruhi juga terlihat pada prasasti marmer di depan tangga marmer yang ditulis dengan huruf Latin dalam bahasa Belanda.
Pengaruh Islam terlihat dalam bentuk kurva atau arcade di beberapa bagian atap istana. Kurva yang berbentuk kapal terbalik yang dikenal dengan Persia Curve sering dijumpai pada bangunan di kawasan Timur Tengah, Turki, dan India. Istana Maimoon merupakan salah satu bangunan paling indah di Medan. Nya lokasi mudah dicapai, baik dari Bandara Polonia (sekitar 10 km) dan Pelabuhan Belawan (sekitar 28 km). Bangunan bersejarah ini terbuka umum setiap hari dari pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.
Sekarang ini Sultan tidak lagi memiliki kekuasaan politik. Namun, garis suksesi tahta masih terus berlanjut. Yang terakhir Sultan, Tengku Mahmud Aria Lamanjiji adalah pada tahun 2005 ketika ia hanya berkuasa delapan tahun. Ayahnya, ‘Alam Shah Ibni Al-Marhum Sultan Azmi Perkasa’ Sultan Mahmud III Otteman Ma’amun Padrap Perkasa Alam Shah al-Haj tewas dalam kecelakaan pesawat ketika melakukan pekerjaan sosial di Aceh pada tahun yang sama. Sultan muda sekarang tinggal bersama ibunya di pulau lain"
Istana Maimun terdiri dari dua lantai yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bangunan utama, sayap kiri, dan sayap kanan. Di depan, sekitar 100 meter, berdiri Masjid Al-Maksum yang dikenal sebagai Masjid Raya Medan. Di ruang tamu (balairung) Anda akan menghadapi tahta yang didominasi oleh warna kuning. Crystal menyalakan lampu tahta, bentuk pengaruh budaya Eropa. Pengaruh yang sama muncul pada perabotan istana seperti kursi, meja, toilet dan lemari dan pintu, menuju ke balairung. Ruangan seluas 412 m persegi digunakan untuk acara penobatan Sultan Deli atau agenda tradisional lainnya. Balairung juga digunakan sebagai tempat Sultan menerima pujian dari sanak saudara dan keluarga di hari libur Islam.
Bangunan Istana Maimun didominasi oleh warna kuning. Namun, jangan menghubungkannya dengan warna partai politik. Kuning adalah warna khas Melayu. Ada foto keluarga, perabotan, dan senjata tua di dalam gedung. Istana Maimoon adalah warisan Kesultanan Deli. Istana Maimoon terletak di Jalan Brigjen Katamso, Medan. Sultan Deli, Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah, telah mendirikan istana ini. Perancang adalah seorang arsitek Italia, dan selesai pada tahun 1888. Dibangun di atas tanah seluas 2.772 m2 luas bangunan istana menghadap ke timur, dan menjadi pusat kerajaan Deli. Istana ini terdiri dari dua lantai yang dibagi menjadi tiga bagian, yang merupakan bangunan utama, sayap kiri, dan sayap kanan. Di depan, sekitar 100 meter, berdiri Masjid Al-Maksum yang dikenal sebagai masjid Agung Medan.
Lebih lanjut, jumlah kamar adalah 40, 20 kamar di lantai atas, tahta Sultan dan 20 kamar di bawahnya, tidak termasuk 4 kamar mandi, gudang, dapur, dan penjara di lantai bawah. Menarik jika kita mengamati desain arsitektur istana. Perpaduan antara tradisi Islam dan kebudayaan Eropa berani dilaksanakan. Selain balairung itu, dasar bangunan juga menunjukkan pengaruh Eropa. Beberapa bahan bangunan yang diimpor dari Eropa, seperti ubin lantai, marmer, dan teraso.
Pola arsitektur Belanda dengan pintu dan jendela lebar dan tinggi, serta pintu bergaya Spanyol menjadi bagian dari Istana Maimun. Belanda dipengaruhi juga terlihat pada prasasti marmer di depan tangga marmer yang ditulis dengan huruf Latin dalam bahasa Belanda.
Pengaruh Islam terlihat dalam bentuk kurva atau arcade di beberapa bagian atap istana. Kurva yang berbentuk kapal terbalik yang dikenal dengan Persia Curve sering dijumpai pada bangunan di kawasan Timur Tengah, Turki, dan India. Istana Maimoon merupakan salah satu bangunan paling indah di Medan. Nya lokasi mudah dicapai, baik dari Bandara Polonia (sekitar 10 km) dan Pelabuhan Belawan (sekitar 28 km). Bangunan bersejarah ini terbuka umum setiap hari dari pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.
Sekarang ini Sultan tidak lagi memiliki kekuasaan politik. Namun, garis suksesi tahta masih terus berlanjut. Yang terakhir Sultan, Tengku Mahmud Aria Lamanjiji adalah pada tahun 2005 ketika ia hanya berkuasa delapan tahun. Ayahnya, ‘Alam Shah Ibni Al-Marhum Sultan Azmi Perkasa’ Sultan Mahmud III Otteman Ma’amun Padrap Perkasa Alam Shah al-Haj tewas dalam kecelakaan pesawat ketika melakukan pekerjaan sosial di Aceh pada tahun yang sama. Sultan muda sekarang tinggal bersama ibunya di pulau lain"
11.00-11.30 = Perjalanan menuju Rahmad Gallery
11.30-13.00 = Mengunjungi Rahmad Gallery
"Rahmat International Wildlife Museum & Gallery adalah merupakan sebuah tempat wisata yang sangat menarik di kota Medan,
Sumatera Utara, dengan beragam koleksi mengagumkan berbagai binatang
liar diawetkan yang berasal dari tempat berburu di berbagai penjuru
dunia. Lebih dari 1000 binatang, besar dan
kecil, ditata dengan artistik dan elegan sesuai dengan habitat mereka di
dalam ruangan-ruangan berpendingin penuh di Jl. S. Parman 309, Medan.
Rahmat International Wildlife Museum & Gallery,
yang konon merupakan galeri satwa liar yang pertama di Asia Tenggara,
adalah milik dari Rahmat Shah, seorang pengusaha dan pemburu
profesional. Rahmat adalah orang Indonesia pertama yang menerima
beberapa penghargaan dan pengakuan internasional seperti The Big Five Grand Slam Awards dan World Hunting Awards"
13.00-14.00 = Sholat Dzuhur + Makan Siang
14.00-15.00 = Perjalanan menuju Penangkaran Buaya
15.00-17.00 = Mengunjungi Penangkaran Buaya
"Disalah
satu pinggiran kota medan, ternyata terdapat sebuah tempat yang sangat
menarik untuk dikunjungi, yaitu penangkaran buaya, tepatnya bernama
"Taman Buaya Asam Kumbang". Ternyata tempat ini juga menjadi salah satu
objek wisata atau bisa menjadi objek wisata di Kota Medan ini, walaupun
dikarenakan sesuatu dan lain hal yang membuat tempat yang seharusnya
menjadi daya tarik yang sangat menawan ini, namun hanya sebagian orang
atau wisatawan luar yang mengenal tempat ini.
Yah
mungkin salah satunya karena dana pengelolaan yang kurang maksimal,
sehingga berimbas pada sepinya pengunjung yang datang ketempat ini,
padahal menurut catatan, tempat ini pernah menjadi tempat penangkaran
buaya terbesar di dunia.
Menurut riwayat dan kisahnya, asal usul penangkaran ini bermula dari warga
keturunan Tionhoa Lo Than Mok yang mengembangbiakkan 12 ekor Buaya
berpuluh tahun silam, berkat kesabaran Lo Than Mok mengembangbiakkan
buaya, saat ini terdapat sekitar dua ribu ekor lebih buaya di
penangkaran seluas 2 hektar ini.
Penangkaran Buaya ini tepatnya didirikan oleh Lo Than Mok tahun 1959
silam, berkat jasanya tersebut kini masyarakat kota medan pada khususnya
dan masyarakat luas pada umumnya mengenal lebih dekat kehidupan reftil
buas berukuran besar. "
17.00-18.30 = Perjalanan ke hotel ( Garuda Citra Medan )
" Hotel Garuda Citra terletak di Jl. Sisingamangaraja No.27/39 Medan 20213, ad beberapa kelas yg ditawarkan di hotel ini :
Standard room 234,000Rp
Executive room 290,000Rp
Deluxe room 335,000Rp
Family room
350,000Rp"
18.30-20.30 = Ishoma
20.30- = Acara bebas
HARI KETIGA
06.00-08.00 = Sarapan
08.00-10.30 = Perjalanan menuju Brastagi
10.30-12.00 = Mengunjungi pemandian air panas Sidebug-debug
12.00-12.30 = Perjalanan menuju Bukit Kubu
12.30-13.30 = Sholat Dzuhur+makan siang di Bukit Kubu
13.30-14.00 = Menuju Pasar Buah Brastagi
14.00-15.30 = Belanja buah segar dan menikmati wisata Brastagi
15.30-19.30 = Perjalanan menuju Parapat/Danau Toba
20.30- = Acara bebas
HARI KEEMPAT
07.00-09.00 = Sarapan
09.00-10.00 = Menyeberang ke Samosir melintasi Danau Toba
10.00-12.00 = Jalan-jalan di Pulau Samosir
12.00-13.00 = Kembali ke Parapat melintasi Danau Toba
13.00-14.00 = Sholat Dzuhur dan makan siang
14.00-15.00 = Berkemas dan Check Out
15.00-16.00 = Menikmati keindahan Danau Toba dan sekitarnya
16.00- = Meninggalkan Parapat menuju Pekanbaru
HARI KELIMA
07.00 = sampai Pekanbaru
NB:
Biaya per pax = Rp. 950.000 nett
Penginapan di Medan (Hotel **) 3 orang/kamar
Penginapan di Parapat/Danau Toba (Hotel Bahari**) 4 orang/kamar
NB:
Biaya per pax = Rp. 950.000 nett
Penginapan di Medan (Hotel **) 3 orang/kamar
Penginapan di Parapat/Danau Toba (Hotel Bahari**) 4 orang/kamar
0 komentar:
Posting Komentar