Yogyakarta adalah destinasi favorit bagi para backpacker. Ada banyak
tempat wisata yang menarik di sana. Selain itu, harga makanan atau
oleh-olehnya pun tidak terlalu mahal. Jadi, ayo kita backpacking ke
Yogya!
Ini adalah pengalaman saya ketika liburan di akhir Januari kemarin. Yogya adalah sebuah kota dengan sejuta pesona yang sudah tidak asing lagi bagi para traveler. Dengan konsep ala backpacker, kami berprinsip tentang pengeluaran biaya yang minim untuk mendapatkan pengalaman yang maksimal. Sehingga liburan pun bukan hanya sekadar liburan, tapi juga penuh dengan pengalaman.
Pada awalnya saya ingin melakukan perjalanan darat dari PKU menuju Jogja, tp saya di sarankan oleh teman saya untuk melakukan perjalanan udara,,karena untuk menghemat waktu, dan kenyamanan sewaktu perjalanan karena saya bisa berjam-jam duduk di bangku bus. Dan ternyata budgetnya pun terbilang impas, biaya perjalanan darat PKU-JOGJA Rp. 600.000 (3 hari 2 malam) ,sedang jika melalui perjalanan udara hanya 1 Jt ( 2 jam).
Selah 2 jam melakukan perjalanan udara, saya tiba di bandara Adi Sucipto Jogjakarta. Lalu saya bergegas mencari penginapan. Akhirnya saya mendapat penginapan di daerah Sosrowijayan, dekat Malioboro. Harga penginapannya relatif murah, Rp 80.000 per malam, dengan fasilitas 1 kasur, kamar mandi dalam, dan kipas angin. Biaya dari bandara ke penginapan hanya Rp 5.000 dengan bus kota jalur 15 Jogjakarta. Saya sengaja mencari penginapan didaerah Malioboro,agar budget untuk kesana kemari bisa di cegah
Kebetulan di sekitar penginapan, terdapat banyak wisnus dan wisman yang menarik untuk diajak ngobrol. Sayangnya penginapan saya dekat dengan sarkem alias Pasar Kembang, yang merupakan tempat prostitusi. Akan tetapi, penginapan di sini cukup aman dan juga nyaman.
Setelah kurang lebih 2 jam di penginapan, saya bersiap untuk menelusuri tempat-tempat wisata yang ada di Yogja. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Candi Borobudur, salah satu keajaiban dunia yang ada di Indonesia. Untuk menuju kesana cukup mudah, pertama saya naik Transyogya dari shelter Malioboro 1, lalu turun di Shelter Ahmad Dahlan dan lanjut ke Terminal Jombor.
Untuk naik Transyogya, saya hanya perlu membayar sekali ketika pertama masuk shelter, yaitu Rp 3.000. Di terminal Jombor, saya naik Bus Cemara Tunggal yang langsung menuju daerah Candi Borobudur dengan biaya Rp 15.000 per orang. Saya turun di Terminal Drs Prajitno dan lanjut naik Andong dengan harga Rp 20.000. Perjalanan dari Malioboro ke Borobudur juga tidak terlalu lama, sekitar 1,5 jam.
Di Borobudur ada seorang traveler asal Makassar juga yang ikut bareng saya. Biaya masuk Borubudur sekitar Rp 30.000. Karena waktu itu hari Jumat, pengunjungnya pun tidak terlalu ramai dan sedang ada para murid asal Jepang yang sedang melakukan study tour. Juga terlihat beberapa wisman yang sedang meneliti seperti arkeolog.
Borobudur siang hari sangat panas, dan kata orang sekitar sana pun lebih bagus kalau datang dari sore menjelang malam, sambil melihat sunset yang indah. Tapi tak apa lah, setelah sekitar 2 jam berjalan-jalan dan berfoto di Candi Borobudur, saya menuju ke museum yang ada di dekat sana yaitu Museum Unik Indonesia. Di dalam museum, ada benda-benda unik dari Indonesia seperti candi terkecil di dunia yang hanya bisa dilihat dengan kaca pembesar, lalu ada buku terbesar di dunia dengan ukuran 3x3 meter, patung-patung unik, dan lainnya. Juga ada pemutaran film dokumenter ketika Gunung Merapi Meletus.
Biaya masuk museum sekitar Rp 3.000. Selesai dari museum, saya shalat Jumat terlebih dulu, lalu dilanjutkan dengan makan dan membeli pernak pernik khas Borobudur. Setelah itu, kami kembali ke penginapan. Rute pulang pun sama dengan rute ketika pergi.
Sesampainya di penginapan, kami istirahat, mandi, kemudian melanjutkan lagi perjalanan di Yogya. Ketika sore menjelang malam kami memutuskan untuk wisata kuliner dan mencoba beberapa makanan khas Yogya seperti nasi kucing, rawon, gudeg, dan lain-lain. Untuk masalah harga, jangan khawatir, karena harga makanan di sini relatif murah namun enak dan mengenyangkan. Di dekat stadion bola, ada sebuah tempat makan lesehan di pinggir jalan. Menunya adalah nasi goreng dengan daging sapi. Memang kedengerannya biasa, namun harganya juga murah dan cita rasa dari nasi goreng ini beda dari yang lain. Tidak heran, dari awal buka sampai menjelang tutup, tempat makan ini tidak pernah sepi pembeli.
Setelah makan, perjalanan dilanjutkan dengan menikmati indahnya kota Yogya di malam hari. Kami berjalan menuju tempat-tempat yang unik, seperti patung dan tugu-tugu. Jalanan Yogya kalau malam hari cukup aman. Di sini tidak ada preman. Setelah puas berjalan-jalan, sekitar tengah malam kami kembali ke penginapan dan beristirahat.
Pagi keesokan harinya, saya berjalan-jalan di sekitar Malioboro dan juga Pasar Bringharjo untuk membeli oleh-oleh. Sekitar 3 jam berkeliling dan membeli oleh-oleh, saya pun melanjutkan perjalanan liburan. Tujuan kali ini adalah Bukit Kaliurang di Sleman, yang merupakan salah satu kaki Gunung Merapi. Dari sini, saya bisa melihat langsung Puncak Gunung Merapi, pemandangannya juga cukup indah dengan cuaca yang tidak terlalu panas. Biaya masuk ke Kaliurang adalah Rp 2.000 per orang. Di dalamnya ada tempat tempat makan, air terjun, gua, juga banyak terdapat hewan seperti monyet.
Selain itu, juga ada wisata jeep untuk menelusuri daerah-daerah di Gunung Kaliurang. Harga sewanya cukup mahal, yaitu Rp 250.000, 1 jeep bisa dinaiki 5 orang. Di dekat sana juga ada daerah yang bernama Kaliadem, yang merupakan desa tempat bermukimnya alm. Mbah Maridjan. Untuk bisa menuju ke Kaliurang sendiri, dari Malioboro kita cukup naik Trans Yogja dan lanjut naik Elf. Tapi ada 1 hal yang harus di perhatikan di Kaliurang, di sana sudah tidak ada kendaraan umum yang beroperasi lagi mulai pukul 16.00 WIB. Berhubung kami tidak tahu, maka kami pun harus berjalan kaki dan menumpang pada pick-up yang lalu lalang menuju Yogja.
Ketika tiba lagi di Yogya, saya langsung menuju ke tempat pembuatan Bakpia. Selain bisa membeli bakpia, kami juga bisa melihat proses pembuatannya.
Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke daerah Alun-alun Selatan dan Keraton, saya menaiki becak dengan harga Rp 30.000 untuk perjalanan pulang pergi. Kebetulan, di sana sedang ada semacam festival dan pasar malam yang berlangsung. Saya juga bisa melihat orang-orang yang sedang berusaha melewati beringin kembar dengan mata tertutup. Berdasarkan mitos, jika Anda bisa melewati tengah tengah pohon beringin kembar dengan mata tertutup, maka Anda akan dapat rezeki. Ya, tapi bagaimanapun itu hanyalah mitos. Setelah berjalan-jalan di sekitar sana, tak terasa sudah jam 01.00 dini hari,saya pun segera kembali ke penginapan dan langsung tidur. Sebab, saya dapat tiket pesawat menuju Pekanbaru pukul 08.00 WIB, dan sialnya saya tidak kebagian pesawat kelas ekonomi bawah ataupun promo. Saya terpaksa menaiki pesawat kelas ekonomi atas.
Biaya yang kami habiskan untuk liburan kali ini kurang lebih Rp 2.700.000 per orang. Itu pun karena saya pulang naik pesawat kelas ekonomi atas,karena lupa memesan untuk balik dan sudah termasuk biaya untuk membeli oleh-oleh. Sebenarnya harga ini masih bisa ditekan menjadi sekitar Rp 2.400.000, jika pesan tiket jauh-jauh hari,bahkan bsa sampai Rp 2.300.000 per orang itu sudah smuanya . Tetapi, liburan kali ini sangat berkesan dan tak menghilangkan konsep backpacking.
Satu pelajaran yang saya ambil dari perjalanan ke Yogya adalah jangan menentukan tempat liburan dengan mendadak. Buatlah perencanaan yang cukup matang, carilah info sebanyak mungkin sebelum menuju suatu tempat, dan jangan malu untuk bertanya. Kata orang Jogja "nek isin takon kabeh ra bakal kelakon", saat saya tersesat di jogja.
Untuk mengetahui jadwal tour ke Yogyakarta klik di sini dan untuk info harga tour Yogyakarta silahkan Hub. 0761 861249
Ini adalah pengalaman saya ketika liburan di akhir Januari kemarin. Yogya adalah sebuah kota dengan sejuta pesona yang sudah tidak asing lagi bagi para traveler. Dengan konsep ala backpacker, kami berprinsip tentang pengeluaran biaya yang minim untuk mendapatkan pengalaman yang maksimal. Sehingga liburan pun bukan hanya sekadar liburan, tapi juga penuh dengan pengalaman.
Pada awalnya saya ingin melakukan perjalanan darat dari PKU menuju Jogja, tp saya di sarankan oleh teman saya untuk melakukan perjalanan udara,,karena untuk menghemat waktu, dan kenyamanan sewaktu perjalanan karena saya bisa berjam-jam duduk di bangku bus. Dan ternyata budgetnya pun terbilang impas, biaya perjalanan darat PKU-JOGJA Rp. 600.000 (3 hari 2 malam) ,sedang jika melalui perjalanan udara hanya 1 Jt ( 2 jam).
Selah 2 jam melakukan perjalanan udara, saya tiba di bandara Adi Sucipto Jogjakarta. Lalu saya bergegas mencari penginapan. Akhirnya saya mendapat penginapan di daerah Sosrowijayan, dekat Malioboro. Harga penginapannya relatif murah, Rp 80.000 per malam, dengan fasilitas 1 kasur, kamar mandi dalam, dan kipas angin. Biaya dari bandara ke penginapan hanya Rp 5.000 dengan bus kota jalur 15 Jogjakarta. Saya sengaja mencari penginapan didaerah Malioboro,agar budget untuk kesana kemari bisa di cegah
Kebetulan di sekitar penginapan, terdapat banyak wisnus dan wisman yang menarik untuk diajak ngobrol. Sayangnya penginapan saya dekat dengan sarkem alias Pasar Kembang, yang merupakan tempat prostitusi. Akan tetapi, penginapan di sini cukup aman dan juga nyaman.
Setelah kurang lebih 2 jam di penginapan, saya bersiap untuk menelusuri tempat-tempat wisata yang ada di Yogja. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Candi Borobudur, salah satu keajaiban dunia yang ada di Indonesia. Untuk menuju kesana cukup mudah, pertama saya naik Transyogya dari shelter Malioboro 1, lalu turun di Shelter Ahmad Dahlan dan lanjut ke Terminal Jombor.
Untuk naik Transyogya, saya hanya perlu membayar sekali ketika pertama masuk shelter, yaitu Rp 3.000. Di terminal Jombor, saya naik Bus Cemara Tunggal yang langsung menuju daerah Candi Borobudur dengan biaya Rp 15.000 per orang. Saya turun di Terminal Drs Prajitno dan lanjut naik Andong dengan harga Rp 20.000. Perjalanan dari Malioboro ke Borobudur juga tidak terlalu lama, sekitar 1,5 jam.
Di Borobudur ada seorang traveler asal Makassar juga yang ikut bareng saya. Biaya masuk Borubudur sekitar Rp 30.000. Karena waktu itu hari Jumat, pengunjungnya pun tidak terlalu ramai dan sedang ada para murid asal Jepang yang sedang melakukan study tour. Juga terlihat beberapa wisman yang sedang meneliti seperti arkeolog.
Borobudur siang hari sangat panas, dan kata orang sekitar sana pun lebih bagus kalau datang dari sore menjelang malam, sambil melihat sunset yang indah. Tapi tak apa lah, setelah sekitar 2 jam berjalan-jalan dan berfoto di Candi Borobudur, saya menuju ke museum yang ada di dekat sana yaitu Museum Unik Indonesia. Di dalam museum, ada benda-benda unik dari Indonesia seperti candi terkecil di dunia yang hanya bisa dilihat dengan kaca pembesar, lalu ada buku terbesar di dunia dengan ukuran 3x3 meter, patung-patung unik, dan lainnya. Juga ada pemutaran film dokumenter ketika Gunung Merapi Meletus.
Biaya masuk museum sekitar Rp 3.000. Selesai dari museum, saya shalat Jumat terlebih dulu, lalu dilanjutkan dengan makan dan membeli pernak pernik khas Borobudur. Setelah itu, kami kembali ke penginapan. Rute pulang pun sama dengan rute ketika pergi.
Sesampainya di penginapan, kami istirahat, mandi, kemudian melanjutkan lagi perjalanan di Yogya. Ketika sore menjelang malam kami memutuskan untuk wisata kuliner dan mencoba beberapa makanan khas Yogya seperti nasi kucing, rawon, gudeg, dan lain-lain. Untuk masalah harga, jangan khawatir, karena harga makanan di sini relatif murah namun enak dan mengenyangkan. Di dekat stadion bola, ada sebuah tempat makan lesehan di pinggir jalan. Menunya adalah nasi goreng dengan daging sapi. Memang kedengerannya biasa, namun harganya juga murah dan cita rasa dari nasi goreng ini beda dari yang lain. Tidak heran, dari awal buka sampai menjelang tutup, tempat makan ini tidak pernah sepi pembeli.
Setelah makan, perjalanan dilanjutkan dengan menikmati indahnya kota Yogya di malam hari. Kami berjalan menuju tempat-tempat yang unik, seperti patung dan tugu-tugu. Jalanan Yogya kalau malam hari cukup aman. Di sini tidak ada preman. Setelah puas berjalan-jalan, sekitar tengah malam kami kembali ke penginapan dan beristirahat.
Pagi keesokan harinya, saya berjalan-jalan di sekitar Malioboro dan juga Pasar Bringharjo untuk membeli oleh-oleh. Sekitar 3 jam berkeliling dan membeli oleh-oleh, saya pun melanjutkan perjalanan liburan. Tujuan kali ini adalah Bukit Kaliurang di Sleman, yang merupakan salah satu kaki Gunung Merapi. Dari sini, saya bisa melihat langsung Puncak Gunung Merapi, pemandangannya juga cukup indah dengan cuaca yang tidak terlalu panas. Biaya masuk ke Kaliurang adalah Rp 2.000 per orang. Di dalamnya ada tempat tempat makan, air terjun, gua, juga banyak terdapat hewan seperti monyet.
Selain itu, juga ada wisata jeep untuk menelusuri daerah-daerah di Gunung Kaliurang. Harga sewanya cukup mahal, yaitu Rp 250.000, 1 jeep bisa dinaiki 5 orang. Di dekat sana juga ada daerah yang bernama Kaliadem, yang merupakan desa tempat bermukimnya alm. Mbah Maridjan. Untuk bisa menuju ke Kaliurang sendiri, dari Malioboro kita cukup naik Trans Yogja dan lanjut naik Elf. Tapi ada 1 hal yang harus di perhatikan di Kaliurang, di sana sudah tidak ada kendaraan umum yang beroperasi lagi mulai pukul 16.00 WIB. Berhubung kami tidak tahu, maka kami pun harus berjalan kaki dan menumpang pada pick-up yang lalu lalang menuju Yogja.
Ketika tiba lagi di Yogya, saya langsung menuju ke tempat pembuatan Bakpia. Selain bisa membeli bakpia, kami juga bisa melihat proses pembuatannya.
Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke daerah Alun-alun Selatan dan Keraton, saya menaiki becak dengan harga Rp 30.000 untuk perjalanan pulang pergi. Kebetulan, di sana sedang ada semacam festival dan pasar malam yang berlangsung. Saya juga bisa melihat orang-orang yang sedang berusaha melewati beringin kembar dengan mata tertutup. Berdasarkan mitos, jika Anda bisa melewati tengah tengah pohon beringin kembar dengan mata tertutup, maka Anda akan dapat rezeki. Ya, tapi bagaimanapun itu hanyalah mitos. Setelah berjalan-jalan di sekitar sana, tak terasa sudah jam 01.00 dini hari,saya pun segera kembali ke penginapan dan langsung tidur. Sebab, saya dapat tiket pesawat menuju Pekanbaru pukul 08.00 WIB, dan sialnya saya tidak kebagian pesawat kelas ekonomi bawah ataupun promo. Saya terpaksa menaiki pesawat kelas ekonomi atas.
Biaya yang kami habiskan untuk liburan kali ini kurang lebih Rp 2.700.000 per orang. Itu pun karena saya pulang naik pesawat kelas ekonomi atas,karena lupa memesan untuk balik dan sudah termasuk biaya untuk membeli oleh-oleh. Sebenarnya harga ini masih bisa ditekan menjadi sekitar Rp 2.400.000, jika pesan tiket jauh-jauh hari,bahkan bsa sampai Rp 2.300.000 per orang itu sudah smuanya . Tetapi, liburan kali ini sangat berkesan dan tak menghilangkan konsep backpacking.
Satu pelajaran yang saya ambil dari perjalanan ke Yogya adalah jangan menentukan tempat liburan dengan mendadak. Buatlah perencanaan yang cukup matang, carilah info sebanyak mungkin sebelum menuju suatu tempat, dan jangan malu untuk bertanya. Kata orang Jogja "nek isin takon kabeh ra bakal kelakon", saat saya tersesat di jogja.
Untuk mengetahui jadwal tour ke Yogyakarta klik di sini dan untuk info harga tour Yogyakarta silahkan Hub. 0761 861249
0 komentar:
Posting Komentar