MOTIVASI MANTAN PREMAN

Pemuda dengan tubuh penuh tatto, sangar dan hitam,
tidak pernah tersentuh air wudhu, wajah beringas seperti
harimau yang siap menerkam mangsanya. Suatu malam ia
melihat segerombolan anak muda dikampungnya yang
berpeci putih, baju putih dan penuh cahaya diraut wajah
mereka sambil membawa bendera bertuliskan nama
majelis. Ia pun penasaran.
Preman : "Mau kemana kalian?"
Jama'ah : "Mau ngaji, mau ikut ya mas?"
Preman : "Ngaji apaan kok bawa bendera?" (penasaran)
Jama'ah : "Oh, ini bendera cuma buat konvoi. Cara kami
mensiarkan dan mengibarkan panji Nabi Muhammad SAW."
Preman : "Oh gitu. Pengen liat aja sih, tapi saya gak punya
baju seperti kalian."
Salah seorang jama'ah mengambil baju, sarung dan peci
dan meminjamkannya.
Preman : "Tapi, saya malu." (sambil tertawa)
Jama'ah : "Malu kenapa?"
Preman : "Malu, badan saya aja penuh tatto, gak pernah
sholat pula."
Jama'ah : "Gak pa pa saudaraku, tapi kamu ambil air
wudhu dulu ya."
Preman : "Hahahaha mana bisa aku berwudhu..?"
Jama'ah : "Mari saya ajari."
Setelah itu mereka menuju suatu majelis, setelah sampai
disana acara sudah mulai, Habib sudah memulai acaranya.
Jama'ah dan preman tadi duduk barisan paling belakang
diantara ratusan (waktu itu, sekarang sudah ribuan
jama'ah). Sang preman hanya terdiam sambil menonton
dan mendengarkan para jama'ah yang sedang membacakan
maulid dan sholawat Nabi SAW. Ketika mahalul qiyam
semua orang berdiri, ia pun bingung..
Preman : "Kenapa pada berdiri?"
Jama'ah : "Ikuti aja."
Setelah mahalul, sang Habib memberi tausyah tak terduga
dan tak disangka..
Habib : "Sambutlah tamu mulia kita, ia diundang langsung
oleh pemimpin majelis ini."
Semua jama'ah bingung dengan ucapan Sang Habib.
Habib : "Ia bukan seorang ulama' atau ahli ibadah, beliau
seorang preman tubuh bertatto dan beliau orang yang hina
dimata kalian, tapi justru beliaulah orang yang mulia,
karena ia ikhlas, tulus untuk datang di majelis ini.
Sungguh ia orang yang beruntung mendapat hidayah dari-
Nya."
Sang preman menundukkan kepala, ia pun menangis atas
perbuatannya yang terdahulu. Tak henti-hentinya ia
menangis. Tapi di sela-sela itu ada seorang jama'ah yang
melontarkan pertanyaan yang mengagetkan semua jama'ah
lainnya.
Jama'ah : "Apakah pantas ia hadir di majelis ini? Dia
bertatto, sholatnya pun tak diterima oleh Allah..!"
Mendengar ucapan itu sang preman menangis putus asa.
Tapi Sang Habib menjawab pertanyaan orang tersebut.
Habib : "Sungguh Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang, ia ikhlas untuk bertaubat.. Bukan aku yang
mengundang, tapi hatinya tergugah untuk hadir di majelis
ini."
Setelah Sang Habib meneruskan tausyahnya dan setelah
acara selesai, Sang Habib melihat Sang Preman masih
duduk di tempat tadi. Menundukkan kepala dan tak henti-
henti meneteskan air matanya, padahal semua jama'ah
sudah pada bubar. Sang Habib mendatanginya.
Habib : "Mari kita pulang wahai saudaraku..!"
Preman : "Tidak Habib, saya masih betah di majelis ini, tak
ingin aku keluar dari majelis ini."
Habib : "Mari kita pulang bersama-sama, saudaraku."
Diantarlah sang preman tersebut kepada jama'ah yang tadi
memboncengkannya.
Itulah kisah Sang Mantan Preman. Dan sampai saat ini ia
selalu hadir di majelis-majelis ta'lim. Kini wajahnya
anggun, putih, bersih, bijaksana dan tak terlihat lagi wajah
seram dan hitam seperti sediakala. Tapi tak semudah
membalikkan telapak tangan untuk ia kembali ke jalan
Allah. Caci maki, hinaan selalu ia dapatkan karena ia
seorang bertatto dan mantan preman. Tapi ia tetap tegar di
jalan yang semoga diridhoi Allah SWT.